Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

Peringatan Tahun Pertama "Perang Al-Furqan"

Dr. Yusuf Rizqah

Kemenangan dan Kekalahan

Pengertian kemenangan berbeda dengan pengertian “membunuh” dan “menghancurkan”. Pengertian kemenangan dalam pertempuran yang berimbang berbeda dengan pengertiannya dalam pertempuran yang tidak berimbang. Pasukan Israel mampu membunuh banyak orang dan menghancurkan banyak hal. Tidak bisa dibandingkan kerugian Gaza dan kerugian Israel dalam agresi dan pertempuran setahun lalu yang tidak berimbang. Namun kemenangan tidak terwujud sesuai harapan. Israel tidak bisa mewujudkan target-target utama secara politis, keunggulan militernya tidak mampu mewujudkan capaian politik. Sebab kelompok perlawanan masih tegar hingga sekarang, masih mampu melesatkan roket-roketnya ke Israel, aksi “penyelundupan” senjata masih berlangsung meski Amerika, Eropa dan Mesir berusaha mencegahnya. Secara militer, kelompok perlawanan Palestina hanya kehilangan sedikit dibanding dengan bom yang dimuntahkan Israel ke Jalur Gaza yang mencapai 2000 hulu ledak selama 22 hari.

Hamas dan Gaza menang tapi tidak dalam pengertian militer atas pasukan agresor namun dengan pengertian tetap bertahan, tegar, sabar dalam membela Gaza. Menang dalam arti menggagalkan tujuan permusuhan Israel, pemerintah Hamas masih bertahan dalam memimpin rakyat di Jalur Gaza. Al-Quran menyebut hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah sebagai kemenangan.

إلا تنصروه فقد نصره الله إذ أخرجه الذين كفروا ثاني اثنين إذ هما في الغار إذ يقول لصاحبه لا تحزن إن الله معنا فأنزل الله سكينته عليه وأيده بجنود لم تروها وجعل كلمة الذين كفروا السفلى وكلمة الله هي العليا والله عزيز حكيم" ( التوبة 40(

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 40)

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad saw menyebutkan bahwa seorang Nabi datang pada hari kiamat bersama sejumlah kecil kelompoknya. Kemudian ada Nabi datang tidak bersama siapa-siapa. Ini bukan sebuah kekalahan bagi seorang Nabi namun kemenangan bagi Nabi tersebut dan agama Allah meski pengikutnya sedikit. Pengertian kemenangan ketika berangkat dari kaidah keimanan maka ia memiliki makna yang berbeda dengan pengertian kemenangan materi sempit dan hitung-hitungan angka.

Sesungguhnya ruh keimanan yang bersemayam pada diri seorang mukmin akan mendorongnya mengatakan dengan penuh percaya diri dan yakin: Hamas dan perlawanan Palestina telah mewujudkan yang membanggakan bagi bangsa Arab dan umat Islam. Meski mereka mengalami derita pembunuhan dan luka. Barangkali ini adalah kemenangan awal dari kemenangan besar yang dijanjikan oleh Allah kepada orang beriman.

“Gaza tidak kalah” kata kolumnis politik Mesir Fahmi Huwaidi. “Apa yang terjadi di Jalur Gaza bukan tragedi tapi epik kepahlawanan. Kekalahan hakiki dan tragedi memilukan adalah yang dialami oleh mereka hanya diam di bahagian dunia lainnya yang mengaku bangsa Arab, yang hanya duduk dan mundur ketika agresi dan pertempuran berlangsung di Jalur Gaza. Mereka inilah yang disebut Al-Quran : “dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa Sesungguhnya mereka Termasuk golonganmu; Padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).” (At-Taubah: 56)

Gaza telah menang meski menghadapi kaum pendengki dan pembuat kerusuhan. Setelah Gaza bertahan selama setahun setelah agresi dengan penuh kemuliaan, karena merengkuh jalan perlawanan dan menantang blokade adalah bukti dan saksi besar bahwa wilayah Gaza telah mencapai kemenangan.

Sudah terbukti dengan pasti, target-target politik utama Israel dalam agresinya terakhir di Jalur Gaza tidak terwujud. Target militer juga gagal terwujud secara meyakinkan. Kejatuhan moral bagi Israel dalam agresi ini diserukan di penjuru dunia secara lantang.

1 - Berakhirnya Aksi Pelucutan

Agresi Israel itu ingin melucuti SDM dan kekuatan militer Hamas. Gencatan senjata dan perjanjian pelarangan penyelundupan senjata yang ditandatangani Livni dan Rice tidak mampu mewujudkan target utama tersebut. Pada saat itulah Tsepi Mizal menegaskan, Mesir sendiri yang mampu membantu membendung koridor penyelundupan. Sinai tidak suka dengan pemerintah Mesir dan mereka menerima uang dari Hamas. Karenanya, diragukan target ini tercapai”. Media Israel Hari Ini, 13 Januari 2009.

Hamas di Kairo menolak memberikan janji lisan atau tertulis untuk menghentikan penyelundupan senjata. Hamas mengatakan, keluarnya Israel dari wilayah Palestina jajahan tahun 1967 bisa memungkinkan terwujudnya tuntutan negara-negara Eropa. Permasalahannya bukan senjata tapi masalahnya penjajahan. Dunia internasional tidak berbuat apa-apa untuk bangsa Palestina dan tidak berbuat apa-apa untuk menghilangkan penjajahan Israel.

Dalam paltformnya Hamas menolak negara “Palestina yang terlucuti senjatanya”. Agresi Israel ini membuktikan bahwa kekuatan dan kemampuan Hamas berhasil menghancurkan gagasan “pelucutan”. Yoval Shatants salah satu tokoh yang konsen melucuti Hamas menegaskan dengan ketakutan pada 12 Januari 2009 bahwa “hancurnya aksi pelucutan oleh Israel akan berulang dalam waktu dekat baik di Gaza atau di Tepi Barat jika Israel menarik diri dari sana. Israel akan menjadi negara yang kehilangan perlindungan.”

Gagalnya aksi pelucutan adalah kegagalan Israel itu sendiri dan merupakan kemenangan perlawanan Palestina di Gaza. Ini langkah penting merancang masa depan di Gaza dan Tepi Barat. Karenanya, Shatants mengingatkan hancurnya masa depan bagi gagasan pelucutan Hamas dan dipastikan akan berdiri negara Palestina dilengkapi persenjataan.

Kegagalan terbesar Israel dalam agresi ini, disamping kegagalan moral dan diplomasi adalah apa yang ditegaskan oleh Shalomo Ghazet, “Kami tidak akan mampu membangun sistem pemerintahan yang loyal kepada Israel dan mau kerjasama di Gaza atau sebuah sistem pemerintah Palestina yang akan berlangsung lama. (Maarev, 12 Januari 2009).

Hamas dan perlawanan sudah menghabisi politik koordinasi keamanan Mahmod Abbas dengan Israel, menghabisi gagasan “membebek” terhadap dikte Israel dan memasuki era politik dan militer yang menantang penjajah Israel, mengembalikan Palestina kepada titik awal riil di luar main frame kesepakatan Oslo yang hegemonik, menegaskan akan berdirinya pemerintah nasional Palestina yang tidak loyal kepada Israel dan tanpa koordinasi keamanan dengannya.

2 – Kekalahan Moral


Dari sisi moral, dimana elit Israel selalu membanggakan Israel sebagai negara demokrasi dengan nilai-nilai barat, dalam agresi ini negara zionis lebih terpukul lagi bahkan berpengaruh kepada strategi Israel terutama di bidang media. Levnathol, mantan elit militer di divisi rudal Israel menegaskan, “Agresi Israel ingin mengukuhkan eksistensi, yakni sebagai anak Adam. Namun itu gagal. Benar kami bertahan dan eksis, dan bahkan mampu menggentarkan, kami unggul secara militer. Namun kami gagal sebagai manusia. Dengan lantang saya katakan, operasi Israel ini gagal, silahkan para pakar militer bilang semaunya, tapi kami dalam agresi ini kehilangan kemanusiaan kami, kami membunuh banyak orang dengan sengaja dan sepengetahuan kami”.

3 – Pengertian Kemenangan yang beragam

Pengertian kemenangan dan kekalahan bukan hanya satu jenis. Bukan hanya keunggulan militer, banyaknya kerugian nyawa dan materi, atau terkait rentang waktu, atau terkait target tercapai atau tidak. Semua itu penting dalam proses data dan penilaian. Namun pengertian kemenangan dalam kasus agresi Israel ke Gaza dan perlawanan lebih luas karena tabiat konflik dan membelotnya rezim Arab resmi dari pertempuran karena menyerah kepada Israel dan Amerika. Menyerah sebagai pilihan strategis rezim Arab.

Karenanya, bertahannya kelompok perlawanan di hati bangsa Palestina, Arab dan negara Islam adalah sebuah kemenangan. Gaza menang karena menjaga pilihan perlawanan dan tidak mau menyerah, melihat korban terbunuh sebagai syuhada di sisi Allah yang dikaruniai rizki sebagai “pajak wajib” bagi pertolongan terhadap agama Allah di muka bumi. Masa depan konflik dengan Israel tidak ditentukan oleh perunding Palestina di hotel David di Al-Quds atau Taba di Mesir, namun ditentukan oleh para syuhada dengan darah dan keteguhan mereka atas kebenaran dan senantiasa berjuang dengan izin Allah hingga mencapai antara dua kebaikan; kemenangan atau mati syahid.

Tidak ada komentar

Leave a Reply