Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

Serangan Togo Bayangi Piala Dunia Afsel

PRETORIA, AFSEL--Serangan mengerikan terhadap tim sepak bola Togo di Angola, memercikkan cerita-cerita kewaspadaan di media seluruh dunia.

Pada Jumat (8/1) pekan lalu, Tim Nasional Togo diserang begitu mereka tiba di propinsi Cabinda, Anggola untuk bermain di Piala Afrika.

Sekelompok penyerang bersenjata membunuh asisten pelatin dan juru bicara tim serta membuat delapan lain terluka. Peti mati salah satu korban dalam serangan telah tiba kembali ke Togo.

Pemberontak Separatis dari faksi Fron Pembebasan Negara Cabinda (Flec) mengkalim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Kontan, usai insiden tersebut, masyarakat internasional, terutama dari dunia sepak bola mempertanyakan kemampuan Afrika Selatan menggelar Piala Dunia.

Pejabat yang mengorganisir turnamen Afrika Selatan bergerak cepat untuk menghalau klaim tersebut.

Dalam sebuah wawancara radio lokal, kepala panitia lokal penyelenggaraan, Irvin Khoza, menekankan jarak antara negaranya dan Angola. "Tantangan yang diakibatkan oleh serangan membuat selip pemahaman bahwa Afrika seolah-olah negara, bukan sebuah benua," ujar Irvin kepada SA FM, Selasa (12/1)

"Orang-orang di dunia berpikir Afrika adalah satu kesatuan negara...faktanya, kami tidak berbagi perbatasan yang sama dengan Angola..bahkan tidak dekat dengan Afrika Selatan," ujarnya

Jarak antar Luanda ke Pretoria, lebih dari 2.500 km, dengan Namibia atau Botswana duduk berada di kedua negara tersebut.

Siap untuk Kemungkinan Apa pun

Selain menekankan jarak geograsif, Afrika Selatan juga menyoroti perbedaan skala operasi keamanan dua negara. Lebih dari 170 juta (Rp1,56 triliunan), telah dikucurkan untuk mempermak keamanan turnamen dunia itu.

Kepolisian Afrika Selatan bahkan telah membeli helikopter untuk pengintaian udara, membentuk stasiun polisi bergerak untuk ditempatkan di titik-titik utama tempat pegelaran dengan pasokan patroli dalam 24 jam. Tentara yang dikerahkan sebesar 40 ribu, terutama dari pasukan terlatih dan tentara bayaran profesional.

Jurubicara polisi, Vish Naidoo, mengatakan pasukannya "siap untuk setiap kejadian", namun menambahkan, prang-orang pun seharusnya berhati-hati dan tidak membandingkan antara apa yang terjadi di Angola dengan kemungkinan risiko di Afrika Selatan.

"Orang-orang harus memeriksa Afrika Selatan dengan kelebihannya sendiri, tidak dari keunggulan negara lain," ujarnya.

Serangan itu memang ampuh menjadi pengingat nyata bahwa acara olahraga internasional kelas utama itu menjadi target besar yang menarik grup teroris yang mencoba mendapat publikasi maksimum dari aksi mereka. Namun, Vish Naido tetap percaya diri.

"Kami tidak butuh diingatkan atas insiden yang terjadi di bagian lain dunia untuk tahu apa yang harus kami lakukan dan rencanakan," ujar juru bicara Polisi Afsel, Vish Naidoo.

"Kami telah merencanakan acara ini bahkan sejak Mei 2004," tegasnya.

Tidak ada komentar

Leave a Reply