Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

Dubai Mengungkap Skandal Mossad

Oleh: Saeed Hareb

Tidak seorangpun memprediksi bahwa aksi pembunuhan Muhmud Mabhuh, pemimpin militer Hamas, berhasil diungkap dengan gambar dan akurat sebagaimana diumumkan oleh Letnan Jenderal Dahi Khalfan, Panglima Polisi Dubai. Koran-koran «Israel» seakan mabuk kegirangan setelah pembunuhan Mabhuh pada 20 Januari lalu dan menulis artikel-artikel yang penuh pujian dalam «operasi sukses Mossad»!!

Demikian seperti disebutkan oleh beberapa penulis dan analis «Israel». Namun euforia itu telah padam di saat mereka melihat kepala polisi Dubai memaparkan gambar dan nama-nama para pelaku dalam kejahatan keji tersebut kepada dunia. Bahkan dia tidak ragu-ragu memperlihatkan video rekaman dari para pelaku yang ikut serta dalam kejahatan ketika mereka memasuki bandara kemudian menginap di hotel dan berkeliaran keliling di penjuru kota. Polisi Dubai juga memberikan informasi yang akurat tentang para tersangka dan pergerakan mereka. Informasi tersebut merupakan «pukulan» keras pada wajah dinas intelijen Israel «Mossad», yang sebelumnya manjadi sumber kebanggaan pemimpin «Israel».

Nampaknya dinas intelijen Zionis ini tidak tahu bahwa dunia telah lebih maju dibandingkan dengan para penjahat tersebut. Bahwa masa kejahatan penuh telah berpaling. Dan nampaknya intelijen Zionis ini tidak mengetahui keterampilan dan kemampuan polisi di Dubai dan Uni Emirat Arab pada umumnya. Karena itu para penjahat tersebut tidak mampu memprediksi konsekuensi dari kejahatan mereka yang telah menjadi seperti bola salju. Pengungkapan kejahatan ini secara tiba-tiba kepada dunia telah membuat para pemimpin «Israel» terperosok dalam pernyataan-pernyataan mereka. Orang-orang yang tadinya mengatakan bahwa mereka tidak menyangkal atau memastikan apa yang dilakukan dinas intelijen «Mossad» mulai menarik pernyataannya. menteri luar negeri mereka yang berhaluan ekstrem «Avigdor Lieberman» menyatakan bahwa «Israel» tidak ada hubungannya dengan kejahatan ini, tetapi «Israel» tidak jauh dari kejahatan-kejahatan ini. Tangannya yang pernuh berlumuran darah Palestina di dalam (negeri), tidak menghalanginya untuk menumpahkan darah di luar (negeri). Bahkan menyebar ke siapa saja yang dipandangnya mengancam kemanannya. Sejarah konflik Arab dengan «Israel» adalah sebuah saksi atas kejahatan-kejahatan tersebut.

Di antara kejahatan yang paling terkenal adalah pembunuhan Dr. Samira Moussa, ilmuwan atom Mesir saat berkunjung ke California, Amerika Serikat, pada 15 Agustus 1952. Pada 10 April 1973 dinas intelijen Israel «Mossad» melakukan pembantaian «Verdun». Sebanyak 3 pemimpin PLO tewas dibantai dalam aksi ini. Mereka adalah Kamal Adwan , Kamal Nasser dan Abu Yousef al-Najjar. Aksi ini dipimpin oleh «Ehud Barak», mantan perdana menteri Israel dan menteri pertahanan saat ini, bersama-sama dengan «Amnon Shahak», mantan menteri pariwisata. Dr. Nabil Kalini, ilmuwan nuklir Mesir juga dilenyapkan pada tahun 1975, sampai saat ini nasibnya tidak diketahui, dinas intelijen «Mossad» dituduh telah menculiknya. Korban lainnya adalah Dr. Samir Naguib, ilmuwan nuklir Mesir yang dibunuh di Cekoslowakia.

Pada tahun 1979 «Mossad» membunuh Komandan Pasukan «Ash Shaiqah» Zuhair Muhsin. Pada tahun 1980 kejahatan «Mossad» meluas menjangkau ilmuwan nuklir Mesir Yahya Mashad, yang kala itu bekerja di Irak, dibunuh di kamar 941 di Hotel Le Meridien di Paris. Pada tahun 1988 «Mossad» membunuh salah seorang pendiri Gerakan Pembebasan Nasional Palestina (Fatah) dan pemimpin yang paling menonjol gerakan, Khalil al Wazir «Abu Jihad», di Tunisia. Dia dibunuh bersama sejumlah pengawalnya oleh sebuah brigade militer Israel. Korban lainnya adalah pemimpin «Jihad Islam» Fathi Shakaki yang dibunuh di Malta pada tahun 1995. Dinas intelijen «Mossad» dituduh membunuhnya. Pada tahun 1997 terjadi sebuah upaya untuk membunuh Khaled Misy’al, saat ini menjabat sebgai Kapala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), di Amman, ibukota Yordania. Upaya pembunuhan ini dilakukan melalui penyemprotan zat beracun yang kuat pada saraf di telinganya. Aksi ini membuat hubungan antara Yordania dan «Israel» menegang. Di bawah tekanan Raja Hussein, mendiang raja Yordania, «Israel» terpaksa mengirim obat penawar untuk menghilangkan efek dari zat beracun tersebut. Barangkali kejahatan «Mossad» yang paling terkenal adalah serangan udara Israel yang menarget pendiri dan pemimpin spiritual Hamas, Syaikh Ahmad Yassin di Gaza pada tahun 2004. Dalam jangka 30 kemudian terjadi pembunuhan yang sama atas Dr. Abdul Aziz Rantisi, pemimpin Hamas paling menonjol pada waktu itu.

Tampaknya «orang-orang Israel» belum meninggalkan taktik mereka dalam pembunuhan. Mereka yang membangunkan dunia jika terjadi sebuah peristiwa yang dilakukan oleh setiap orang Yahudi di bagian mana pun dari bumi ini. Tidak halangan bagi «orang-orang Israel» dalam mencapai kejahatan mereka dengan penggunaan segala cara. Termasuk penggunaan paspor negara-negara lain dan inilah yang terjadi dalam kasus pembunuhan Mabhuh di Dubai. Mereka menggunakan paspor Inggris, Irlandia, Perancis, dan Jerman. Padahal mereka sebelumnya telah berjanji kepada Inggris untuk tidak akan menggunakan paspor negara tersebut sejak tahun 1987. Demikian juga yang terjadi dalam upaya untuk membunuh Khaled Misy’al. Mereka menggunakan paspor Kanada.

Dalam upaya untuk menghindari kemarahan negara-negara yang digunakan parpornya oleh para penjahat «Mossad» tersebut, khususnya Inggris dan Irlandia, dimana «Israel» telah berjanji kepada kedua Negara tersebut untuk tidak menggunakan paspor atas nama kedua negara ini dalam operasi pembunuhan sebelumnya, seperti yang terjadi pada tahun 1987, ketika dua agen «Mossad» mencoba menggunakan paspor Selandia Baru dan keduanya terungkat dan dipenjarakan, «Israel» meminta maaf untuk masalah ini. Namun rupanya Israel tidak belajar dengan baik. Buktinya cara-cara seperti itu terulang lagi dalam kejahatan mereka di Dubai. Mungkin Israel berpikir bahwa masalahnya akan berlalu begitu saja seperti yang terjadi sebelumnya. Namun peran yang dimainkan oleh Polisi Dubai untuk mengekspos kejahatan ini melalui gambaran yang paling jelas dan dalam jangka waktu tercepat, yang menjadapatkan pujian dunia, barangkali telah membuat para penjahat yang memanfaatkan sarana «mulia» ketika mereka menggunakan paspor negara-negara sahabat tanpa memerlukan visa, mungkin mereka bisa mengambil pelajaran dengan baik. Bahwa tidak ada satu pun negara Teluk Arab yang bisa menjadi tempat berkembang biak bagi pelaksanaan kejahatan mereka. Jika mereka mampu melaksanakan kejahatannya, mereka tidak akan dapat lolos dari deteksi, pengawasan dan hukuman. Koran Qatar «Al Arab» (asw)

1 komentar