Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

AS-SUNNAH DAN ORIENTALIS

Oleh: Saud Alba Radinas, Lc

A. Pendahuluan
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan kepada kita, terutama nikmat islam dan nikmat iman. Nikmat yang patut selalu kita syukuri, karena kehidupan ini hanyalah cobaan bagi manusia untuk menentukan pilihan pribadinya di kehidupan abadi kelak, kehidupan surga atau kehidupan neraka.
Untuk menjalankan pilihan tersebut, Allah telah menurunkan risalahnya kepada manusia melalui para Rasul yang ditutup oleh Rasul mulia Muhammad Saw. Kepada beliau Al-Quran diturunkan beserta As-Sunnah sebagai penduan perjalanan hidup manusia
Orang yang sukses dalam kehidupan ini dan mampu menguasai dunia adalah mereka yang berpegang dengan dua pedoman ini. Tidak heran apabila benyak kedengkian manusia kepada orang-orang yang berpegang dengan Al-Quran dan As-Sunnah, kemudian melakukan konspirasi dan maker terhadap dua pedoman ini, Al-Quran dan As-Sunnah. Melalui tulisan kecil ini kita akan melihat sekilas bagaimana propaganda musuh islam menyebarkan fitnah terhadap As-Sunnah, sehingga terjadi kesalahpahaman umat islam dalam memahami Al-Quran, dan menjalankan syariat sebagaimana mestinya, serta jauhnya umat islam dari agama mereka.

B. As-Sunah
1. Defenisi
Ringkasnya, defenisi As-Sunnah menurut ulama hadits adalah perkataan, perbuatan, pernyataan, dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan yang disandarkan keoada Nabi Muhammad Saw.
Pemberitaan tentang unsur-unsur tersebut yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. disebut hadits yang marfu'. Adapun yang disandarkan kepada para sahabat disebut hadits mauquf.Dan berita yang disandarkan kepada tabi'in disebut hadits maqthu'.Banyak refrensi buku hadits yang bisa kita temukan dalam membahas defenisi As-Sunnah, hadits, atsar dan lainnya.
2. Sejarah Ringkas Perkembangan As-Sunnah
Secara ringkas kita melihat para ulama membagi masa perkembangan hadits sebagai berikut:
a. Masa turunnya wahyu pada zaman Rasulullah (13 SH-10SH ).
b. Masa Khulafa ar-Rasyidin (11-40 H ).
c. Masa pencarian dan pengumpulan As-Sunnah pada masa tabi'in (41 H-akhir abad 1 H ).
d. Masa pembukuan As-Sunnah (Awal abad II H ).
e. Masa penyaringan As-Sunnah(abad III H )
f. Masa penyusunan kitab-kitab As-Sunnah(Abad IV H-VII H ).
g. Masa pembuatan kitab syarah hadits, kitab-kitab takhrij dan penyusunan kitab-kitab lainnya(Abad VII H dan seterusnya ).

Kita tidak akan membahas secara rinci sejarah perkembangan tersebut. Tapi yang jelas, pada zaman Rasulullah As-Sunnah belum ditulis karena:
a. Umat Islam sedang dikonsentrasikan kepada Al-Qur'an.
b. Agar Al-Quran tidak bercampur dengan selainnya
c. Nabi sendiri pernah melarangnya, kecuali bagi sahabat-sahabat tertentu yang diizinkan oleh beliau sebagai catatan pribadi.
d. Rasulullah berada ditengah-tengah ummat Islam sehingga dirasa tidak sangat perlu untuk dituliskan pada waktu itu.
e. Kemampuan tulis baca di kalangan sahabat sangat terbatas.
f. Kesibukan umat Islam dalam menghadapi perjuangan da'wah yang sangat penting.
Diantara sahabat-sahabat yang masyhur dalam meriwayatkan hadits adalah Abu Hurairah yang meriwayatkan hadits sekitar 5374 hadits. Abdullah bin Umar bin Khattab meriwayatkan sekitar 2630 hadits. Anas bin Malik sebanyak 2286 hadits. Abdullah bin Abbas sekitar 1160 hadits. Aisyah Ummul Mukminin meriwayatkan sebanyak 2210 buah. Jabir bin Abdillah meriwayatkan sebanyak 1540 buah. Abu Sa'id al-Khudri sebanyak 1170 hadits.Banyak sahabat lainnya yang meriwayatkan hadits.
Pada zaman-zaman berikutnya ternyata As-Sunnah belum sempat dibukukan karena sebab-sebab tertentu. Baru pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah (99-101 H) timbul inisiatif dari beliau untuk menulis dan membukukan As-Sunnah secata resmi dari negara yang diamanahkan kepada imamAbu Bakar bin Muhammad Az-Zuhri. Sebelumnya As-Sunnah atau hadits hanya disampaikan melalui periwayatan dan hafalan-hafalan para sahabat yang kebetulan hidup lama setelah Nabi wafat dan pada masa tabi'in.
Berkat jasa-jasa dari para ulama, hadits-hadits kemudian sempat dibukukan dalam berbagai macam buku seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasa’i dan ratusan buku lainnya. Semua itu dilalaksanakan dengan seleksi-seleksi dansyarat yang ketat serta manhaj (metode) yang benar dan jelas yang kemudian melahirkan disiplin ilmu tersendiri yang disebut Ilmu Musthalah Hadits, Jarah wat Ta’dil, Ilalul Hadits, Ikhtilaful Hadits, Takhrij dan ilmu lainnya yang kemudian berkembang dengan berbagai macam cabang-cabangnya sampai saat ini.
3. Kedudukan As-Sunnah
As-Sunnah menempati posisi kedua terpenting setelah Al-Quran dalam menetapkan hukum dalam Islam.As-Sunnah datang sebagai penjelas, perinci dan penguat dari hukum yang ada dalam Al-Quran, seperti shalat yang tata caranya hanya dijelaskan di dalam As-Sunnah.Ataupun perintah zakat dimana Al-Quran hanya menyebutkan hukumnya secara umum tanpa menjelaskan tata cara dan nishab serta hal lainnya yang berkaitan dengan zakat, kemudian dijelaskan oleh As-Sunnah.
Hal ini tak terlalu sulit dipahami, sebab Al-Quran adalah Kitab Allah yang hanya memuat ketentuan-ketentuan umum, prinsip-prinsip dasar dan garis-garis besar masalah.Sedangkan rinciannya dituangkan di dalam Sunnah Nabi.Dan memang harus demikian. Sebab jika tidak, sulit dibayangkan Al-Quran akan menjadi setebal apa,karena ia harus mencantumkan semua masalah kecil dan parsial yang tak ada batasnya, apalagi masalah yang dihadapi umat manusia tak pernah berhenti dari waktu ke waktu. Oleh karena itu As-Sunnah menjadi penting keberadaannya bagi syariat islam yang selalu relevan di setiap masa dan tempat.
C. Orientalisme
Melihat betapa urgensinya As-Sunnah dan perannya yang esensial dalam Islam, tidak mengherankan kenapa kalangan yang tidak senang pada Islam berupaya dengan gigih untuk mencari-cari kelemahannya, walaupun dengan cara mengada-ada. Tujuannya adalah untuk menggoyahkan kepercayaan umat Islam pada As-Sunnah ini. Sebab mereka memahami bahwa jika Sunnah dapat disingkirkan dari kehidupan umat Islam, maka otomatis Islam tidak akan dapat tegak. Karena, mustahil mempraktekkan Islam tanpa Sunnah Nabi. Dan seandainya Sunnah Nabi sudah dapat mereka sisihkan, terbukalah peluang untuk menyimpangkan Al-Qur`an dan memahaminya menurut selera masing-masing.
Beginilah siasat musuh-musuh Islam.Sebab selama ini, yang menjadi penghalang utama mereka untuk menyimpangkan pemahaman Al-Quran adalah petunjuk-petunjuk Sunnah yang membingkai pemahaman terhadap Al-Quran secara benar. Selama umat Islam berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah, maka upaya-upaya pihak luar akan senantiasa mengalami kegagalan
1. Defenisi
Banyak pengertian yang disebutkan oleh para ulama tentang arti orientalis dan orientalisme.Dalam bahasa inggris, kata Oerintalis merupakan kata bentukan dari kata Orient (kata benda) oriental (kata sifat) dan orientalis. Kata oriental dari bahasa Prancis, yaitu orient yang secara bahasa berarti timur. Orient secara geografis berarti dunia belahan timur.
Orientalis dalam bahasa arab adalah mustasyriq dengan timbangan isim fa’il dari istisyraq yang memiliki arti orientalisme, terambil dari bab istif’al. Ringkasnya orientalisme berarti ilmu ketimuran yang berkaitan dengan penduduknya, tanahnya, kekayaan, ekonomi, agama, pemikiran, tabiat manusia, lingkungan, dan lainntya yang berhubungan dengan ketimuran.Sedang pelakunya adalah orientalis.
2. Perang Salib dan Munculnya Orientalis
Berakhirnya perang salib yang telah berlangsung selama 2 abad yang terjadi di eropa dan asia, dan dimenangkan oleh umat islam mengokohkan satu makna bagi Negara barat, bahwa umat islam tidak bisa dikalahkan dengan kekuatan militer selama mereka berpegang teguh dengan ajaran agamanya. Oleh karena itu para politisi barat membuat konspirasi untuk melemahkan keyakinan umat islam dan menjauhkan mereka dari agama mereka yang benar. Timbullah usaha untuk mengenal dunia islam dan mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan islam dan Negara timur yang kemudian dinamakan orinetalisme. Semua itu dilakukan untuk menjauhkan umat islam dari agama mereka kemudian baru barat dapat menguasai dunia islam beserta kekayaannya.
Konspirasi ini meliputi bidang politik, militer, ekonomi, pemikiran, akhlak dan lainnya selama menguntungkan bagi barat.Konspirasi yang paling berbahaya adalah pemikiran yang sering disebut dengan Ghazwul Fikri, namun semua garapan konspirasi ini sangat berbahaya.Mereka merekrut tenaga dari kaum Kristen dan yahudi. Bahkan juga anak orang islam yang lemah imannya yang rela bekerja demi kepentingan barat.

3. Ciri-ciri Riset Orientalis
Dalam praktek risetnya, para orientalis memakai metode yang tidak layak sebagai metode ilmiah yang hilang dari nilai objektif. Ustadz Mustafa As-Siba’iy menyebutkanbeberapa ciri-ciri riset yang mereka lakukan diantaranya:
a. Didasari sikap buruk sangka (Su’u Azh-Zhan) dan pemahaman yang salah (Su’u Al-fahmi)baik terhadap landasan-landasan, nilai-nilai, maupun hal lainnya yang berkaitan dengan Islam, sehingga hasil-hasil penelitian dan karya-karya mereka adalah keraguan terhadap Islam serta kesimpulan-kesimpulan yang mereka buat keliru.
b. Didasari sikap buruk sangka terhadap para ulama-ulama Islam serta para pemimpin-pemimpin Islam, sehingga tidak ada ajaran Islam yang dapat diterima oleh mereka.
c. Memberikan gambaran bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat yang senang berselisih, berpecah belah dan saling membunuh. Kesan ini terutama ditujukan pada masa-masa awal Islam
d. Melukiskan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataan, ditambahi penyimpangan-penyimpangan dan khayalan-khayalan mereka disana-sini.
e. Masa bodoh terhadap sifat masyarakat Islam yang hakiki. Mereka melihat masyarakat Islam dan menyamakannya dengan bangsa-bangsa mereka zaman dahulu.
f. Menjadikan nash-nash Islam tunduk sesuaidengan keinginan hawa nafsu mereka.
g. Sering melakukan penyimpangan terhadap nash-nash islamdari maksud sebenarnya. Salah memahami ibarat-ibarat ketika mereka tidak menemukan pentimpangan.
h. Memberikan status hukum sendiri terhadap referensi-referensi Islam, seperti menshahihkan kitab al-Hayawan karangan Ad-Damiri sebagai kitab hadits shahih, dan mendustakan kitab al-Muwaththa’ karangan Imam Malik padahal kitab ini merupakan kitab induk hadits shahih. Dan kitab lainnya yang tidak luput dari konspirasi mereka.
4. Tuduhan-tuduhan Orientalis
Sebenarnya banyak tuduhan yang disampaikan oleh para orientalis terhadap As-Sunnah. Diantara orientalis yang paling gencar dan berwawasan luas tentang keislaman adalah Prof. Ignas Goldziher, yang bukunya menjadi refrensi penting bagi para orientalis, Gostown Wite, A. J. Vensinck dan lainnya. Diantaranya tuduhan yang dipropagandakan oleh Goldziher adalah:
a. Sebagian besar hadits merupakan produk perkembangan Islam di bidang politik dan Sosial.
b. Para sahabat dan tabi’in berperan dalam pemalsuan hadits.
c. Ada rentang waktu dan jarak yang jauh dari masa Rasulullah Saw, membuka peluang bagi para tokoh berbagai kelompok untuk membuat hadits dengan tujuan memperkuat kelompok mereka, bahkan tidak satupun kelompok yang tidak memperkuat pendapat mereka dengan hadtis-hadits yang tampaknya asli dalam bidang akidah fiqh dan politik.
d. Sudut pandang para kritikus dikalangan Islam berbeda dengan sudut pandang para kritikus non muslim yang tidak menerima banyak hadits yang diakui kebenarannya oleh umat Islam.
e. Dia menggambarkan enam kitab hadits yang disusun para ulama sebagai himpunan dari hadits-hadits yang tercecer yang oleh para penghimpunnya dinilai sebagai hadits-hadits shahih.
Berikut adalah bantahan terhadap tuduhan-tuduhan Ignas Goldziher:
1. Sebagian besar hadits merupakan produk perkembangan Islam di bidang politik dan sosial sepanjang dua abad pertama adalah tidak benar. Karena sejak masa sahabat (abad pertama) umat Islam telah melakukan penyelidikan terhadap hadits-hadits dan “memburu” para pendusta dan pemalsu hadits. Mereka mengetahui mana hadits yang sahih dan mana yang palsu. Al-Quran mengajarkan prinsip-prinsip yang universal yang sesuai dengan segala tempat dan waktu. Ia tidak mengajarkan cara-cara pelaksanaan yang berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Allah memberikan kebebasan kepada para penguasa untuk berkreasi tentang pelaksanaannya. Oleh karena itu mereka tidak perlu membuat-buat hadits untuk melegitimasi tindakan mereka. Prinsip-prinsip universal tersbeut sudah cukup bagi mereka dalam menjalankan segala urusan mereka.
2. Umat islam terdahulu (sahabat dan tabi’in) berperan dalam pemalusan hadits, itu tidak benar, karena para sahabat dan tabi’in itu sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits. Mereka sangat takut terhadap ancaman Rasulullah yang menyatakan bahwa “Barang siapa yang mendustakan ajaranku maka hendaklah ia menempati tempat duduk di neraka.”Oleh karena itu mereka memilih sedikit meriwayatkan hadtis bahkan ada yang tidak meriwayatkan satu haditspun.
3. Adanya kemungkinan pihak-pihak tertentu membuat-buat hadits guna menopang pendapat mereka, itu bisa-bisa saja. Akan tetapi tidaklah berarti bahwa tokoh-tokoh aliran fiqh, teologi, dan politik telah membuat-buat hadits. Hal itu tidak lebih dari buruk sangkanya Goldziher terhadap tokoh aliran-aliran tersebut. Barangkali yang tidak dipahaminya adalah bahwa perbedaan pendapat diantara para sahabat dan ulama fiqh dilatar belakangi oleh banyak faktor, bukan karena kehendak hawa nafsu atau sikap fanatik. Mereka berhukum dengan hadits-hadits yang sampai kepada mereka, dan mereka berbeda dalam memberikan penilaian. Sebahagian menilanya dapat dijadikan dalil (hujjah) dan yang lain menilai tidak, atau boleh jadi hadits-hadtis itu dipegang sebagai dalil oleh semua mereka namun hasil istinbat mereka tidak sama.
Oleh karena itu tidak logis kalau dikatakan mereka telah membuat-buat hadits atau mendustakan Rasulullah untuk mendukung pendapat-pendapat mereka. Mereka semua sepakat untuk mengikuti sunnah atau hadits Rasulullah.
4. Perbedaan sudut pandang antara kritikus muslim dnegan kritikus non muslim sangat berbeda. Kritikus muslim melakukan kritik terhadap hadits dengan kaidah-kaidah dan prinsip yang telah dirumuskan dengan baik, dalam rangka mencari dan meneliti keshahihan suatu hadits guna memelihara kemurnian ajaran yang dibwah oleh Muahmmad yang di imani sebagai Rasulullah. Sedangkan kritikus non muslim melakukan kritik terhadap hadits dengan motivasi mencari-cari titik lemah dari sumber ajaran Islam kedua ini. Sasaran akhirnya tidak lain agar syari’at Islam itu tidak bisa ditegakkan.
Dengan titik tolak yang berbeda, tujuan yang berbeda jelas akan mengahasilkan hal yang berbeda pula. Hal itu sekali-kali tidaklah akan merugikan kita sepanjang metode serta kaidah-kaidah yang digunakan itu dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Namun mereka-mereka yang mau bersikap objektif selalu akan menerima dan mengakuinya.
5. Bahwa keenam kitab hadits yang disusun oleh para ulama itu merupakan kumpulan dari hadits-hadits yang tercecer. Pendapat itu tidak bisa diterima, karena dengan begitu berarti tidak menghargai jerih payah para ulama dalam memelihara hadits selama abad pertama dan kedua. Hadits tidak pernah tercecer karena sebahagian besarnya telah dipraktek umat Islam. Hadits-hadits itu hidup dalam praktek sehari-hari. Dan hal itu tidak terbatas hanya dalam masa sahabat dan tabi’in saja. Hadits-hadits telah tersebar keberbagai wilayah taklukan selama abad pertama dan kedua itu. Hadits-hadits itu berpindah dari suatu generasi ke generasi berikutnya dan terpelihara dalam hafalan para penghafalnya. Catatan-catatan mereka terkumpul dalam kitab-kitab himpunan hadtis dengan juz-juz serta bab-bab yang telah sistematis oleh para ulama pada abad pertengahan abad kedua. Hadits-hadits yang dapat dihimpun oleh Bukhari dan Muslim serta para penghimpun lainnya itu merupakan hasil sortiran dari beribu-ribu hadits yang tersimpan dalam hafalan-hafalan para penghafal hadits.
Demikianlah penuturan Syeikh Ajaj al-Khatib memberikan bantahan.Dan bayak syubhat dan tuduhan lainnya yang disampaikan oleh Goldziher sebagaimana yang disebutkan oleh Ustadz Mustafa As-Siba’iy seperti kritikan Goldziherterhadap imam Az_Zuhri yang ditugaskan oleh Umar bin Abdul Aziz untuk mengumpulkan dan membukukan hadits Nabi sebagi seorang yang pembohong dan mengikuti hawa nafsunya dan kaki tangan pemerintah saat itu.
Dia juga menyebutkan bahwa Imam Az-Zuhri sendiri mengaku bahwa dirinya dipaksa untuk melakukan permintaan khalifah untuk mengumpulkan hadits.
Itu baru dari seorang orientalis, banyak lagi orientalis lainnya yang juga melemparkan tuduhan-ruduhan yang tidak berdasar.Bahkan diantara mereka ada yang berkumpul untuk membuat karya guna memudahkan mereka memutar balik lafaz hadits seperti Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-Hadits An-Nabawy yang merupakan hasil kerja kolektif sejumlah orientalis, yang diketuai oleh A. J. Vensinck. Meskipun karya ini termasuk spektakuler dikalangan orientalis, tetapi ensiklopedi ini tidak ada apa-apanya dibanding karya ulama islam yang telah lebih dahulu berabad sebelum mereka membuat ensiklopedi hadits. Seperti imam Al-Mizziy dengan Tuhfahnya, imam zailay dan lainnya.
Paling tidak ada lima kitab yang secara detail mengupas kekeliruan orientalis dalam memahami sejarah kodifikasi sunnah ini, antara lain : (1) “Dirasat fi al-Hadits an-Nabawy” oleh al-A’zhamy yang terdiri dari dua jilid, merupakan salah satu referensi penting dalam pembukuan sunnah pada masa awal, (2) “As-Sunnah Qabla at-Tadwin” yaitu kitab yang pada awalnya merupakan thesis “Master” di Darul-Ulum, Universitas Kairo, (3) “As-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islamy” oleh Musthafa as-Siba’i, disertasi “doktor” di Al-Azhar dan telah dicetak berulangkali, (4) “Tawtsiq as-Sunnah fi al-Qarni ats-Tsani al-Hijry” (Autentikasi Sunnah pada Abad Kedua Hijrah) oleh Rif’at Fawzy, dari Darul ‘Ulum, Kairo yang mulanya merupakan disertasi “doktor” penulisnya. (5) “Difa’ ‘an as-Sunnah” oleh Muhammad Abu Syahbah dari Al-Azhar. Bagi yang ingin lebih mendalam silakan merujuk kedalam buku-buku tersebut.
D. Penutup
Para orientalis hanya menghabiskan waktu dan tenaga serta financial mereka untuk mencari kelemahan di dalam As-Sunnah guna menjauhkan umat islam dari agamanya. Untuk diketahui usaha itu tidak akan berhasil Karena mereka harus tahu bahwa Allah sudah berjanji akan menjaga agama ini wallaupun dengan seorang yang pendosa seperti kitab Mu’jam Al-Mufahras yang akhirnya memberikan manfaat bagi umat islam.
Wallahu A’lam

Disarikan dari
1. As-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islamy” oleh Musthafa as-Siba’I cetakan 3 darusslam Kairo tahun 2006
2. Ithar Islami Lil Fikri Al-Mu’ashir oleh Anwar al-jundy cetakan maktabah al-islami Beirut tahun 1980
3. Dr. Daud Rasyid di http://salafiharoki.wordpress.com/2008/01/23/sunnah-dan-orientalis/
4. http://dotproductions.wordpress.com/2010/02/09/orientalis-barat/

Tidak ada komentar

Leave a Reply