Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

ANDALUSIA: Pemerintahan Para Wali Dinasti Umayyah

Penaklukan Andalusia yang dilakukan oleh Gubernur Afrika Utara, Musa bin Nushair dengan bantuan panglimanya Thariq bin Ziyad, merupakan fase pertama yang penting, yang menjadi batu loncatan untuk menyebarkan islam ke Eropa.

Mulailah sejarah Andalusia memasuki fase baru yang dikenal dengan masa Pemerinatahan para wali yang berlangsung dari tahun 96 H sampai tahun 138 H. Banyak Wali yang silih berganti menguasai pemerintahan di Andalusia.

Masa pemerintahan para wali tersebut bisa kita bagi kepada beberapa masa:
1. Masa Jihad (96-123 H)
2. Masa Kelemahan (123-138 H)

1. Masa Jihad (96-123 H)

Setelah keberangkatan Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad ke Damaskus untuk memenuhi panggilan Khalifah Al-Walid, Andalusia dipimpin oleh seorang wali (pemimpin) yang bernama Abdul Aziz, putera dari Musa bin Nushair.

Mengembangkan Islam di Bumi Andalusia

Kekuasaan islam sudah mulai kuat di Andalusia. Kaum muslimin mulai gencar bergerak mengajarkan islam kepada masyarakat di sana. Ketika masyarakat Andalusia (Spanyol) mengenal islam, muncul naluri fitrah mereka sebagaimana layaknya seorang manusia. Tanpa merasa ragu mereka menerima islam sebagai agama baru.

Islam hadir sebagai cahaya baru yang menerangi Eropa melalui bangsa Spanyol. Masyarakat Spanyol mendapatkan islam sebagai agama yang sempurna dan komprehensif, yang mengatur segala lini kehidupan. Mereka mendapatkan aqidah islam sangat jelas dan tidak bertele-tele. Adapun ibadah, adalah sebuah proses spiritual yang teratur yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Mereka menemukan kembali nilai-nilai akhlak dan moral yang selama ini hilang dari kehidupan sehari-hari mereka. Para pemimpin yang tawadhu’, tetangga yang ramah dan suka menolong, saling menghormati dan menghargai, etika berinteraksi dengan sesama saudara, karib kerabat, teman ataupun musuh, orang yang dikenal ataupun tak dikenal, adalah nilai-nilai mulia yang tidak asing bagi mereka selama bergaul bersama para pendatang muslim Arab dan Barbar.

Karena memang dahulu mereka telah terbiasa dengan pemahaman sekulerisme yang memisahkan agama dari Negara, akhlak dan moralitas yang carut marut, tidak ada harga manusia dalam kehidupan mereka .

Agama bagi mereka dahulunya hanyalah sekedar pemahaman theology yang sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Adapun syariat dan hukum hanya dibuat oleh para penguasa mereka sesuai keinginan hawa nafsu dan kepentingan individu.

Islam adalah nilai-nilai baru yang sangat berbeda dari keyakinan mereka selama ini, sehingga mereka tidak mampu menahan diri untuk tidak masuk ke dalam agama ini, Masuklah bangsa Spanyol ke dalam islam berbondong-bondong dengan suka rela.

Dalam tempo yang sangat singkat penduduk asli Andalusia sudah menjadi mayoritas muslim mengalahkan para muslim pendatang dari Arab dan Barbar. Terjadilah pernikahan diantara mereka dari orang Arab, dan Barbar dengan Spanyol, sehingga lahir setelah itu sebuah generasi yang disebut dengan generasi Muwalladun, yang kemudian hari dikenal dalam sejarah melakukan penaklukan di Perancis.

Sekat-sekat dan kasta yang ada di tengah masyarakat Spanyol, hilang ketika islam memerintah di Andalusia. Pemerintah islam memberikan persamaan hak azazi manusia kepada semua elemen masyarakat tanpa pandang bulu. Semua manusia menjadi sama di depan hukum, baik yang memimpin atau yang dipimpin.

Bahkan pemerintahan islam memberikan kebebesan yang seluas-luasnya bagi semua penduduk untuk melakukan peribadatan sesuai dengan keyakinan agama yang mereka anut.

Geraja-gereja sepi dari pengunjung. Tidak sedikit gereja yang sudah ditinggalkan. Banyak jama’ah gereja berpindah ibadah ke masjid. Bahkan kaum muslimin mau membeli gereja-gereja yang sudah ditinggalkan oleh jamaahnya dengan harga yang sesuai dengan keinginan pemiliknya. Apabila mereka tidak ingin menjualnya, maka kaum muslimiin membiarkannya sebagaimana adanya.

Sungguh ini adalah praktek dan pemandangan yang sangat berbeda dibandingkan ketika kerajaan Kristen di bawah pimpinan Ferdinand dan Isabella kembali menguasai Spanyol, dimana mereka mendirikan Mahkamah Taftisy (mahkamah pemeriksaan), yang mengeluarkan keputusan zhalim untuk membunuh orang islam yang tidak mau migrasi dengan kejam, memaksa mereka untuk keluar dari Andalusia, dan hanya membolehkan menetap bagi mereka yang bersedia masuk Kristen.

Pada masa ini kaum muslimin sudah mulai mengembangkan kebudayaan islam. Pembangunan kota dihiasi dengan arsitektur yang kaya seni islam. Taman-taman dan tempat rekreasi tersebar di setiap sudut kota.

Masyarakat Spanyol mulai terbiasa berbicara dengan bahasa Arab. Sekolah-sekolah islam, sekolah agama Kristen dan Yahudi juga mulai mengajarkan bahasa Arab kepada murid-muridnya. Persis seperti di zaman kita, dimana berbagai sekolah dan pondok pesantren sudah mengadopsi bahasa inggris, perancis dan lainnya sebagai sebuah mata pelajaran dan kurikulum yang harus dipelajari. Sungguh ini adalah sebuah kondisi yang berbalik.

Di masa para wali ini pusat pemerintahan islam dipindahkan dari Toledo ke kota Cordova. Saat itu pemerintahan islam sangat terkenal dengan program pemerintah dalam melaksanakan jihad ke negara Perancis.

As-Samh bin Malik Al-Khaulani, seorang wali yang menjabat pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, sudah memulai misi jihad di negara ini. Beliau mampu menguasai semua daerah barat daya Perancis dan mendirikan kota Septimania, sebuah daerah dekat kota Arbuna yang pernah ditaklukkan oleh Musa bin Nushair. Dan akhirnya As-Samh meninggal sebagai syahid di medan jihad.


Bersambung…

Tidak ada komentar

Leave a Reply