Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

ANDALUSIA: Pemerintahan Para Wali (Masa Jihad)

Selain As-Samh bin Malik Al-Khaulani, wali lainnya yang tekenal adalah Anbasah bin Suhaim yang memerintah Andalusia dari tahun 103-107, dan mampu menaklukan Perancis sampai kota Sans, 30 km dari kota Paris.

Kalau kita merujuk ke peta, Paris sendiri berada di utara Perancis, bukan di tengah-tengah negara Perancis. Dengan kata lain sejauh ini kaum muslimin sudah menguasai Perancis seluas 70 persen dari luas keseluruhannya, dengan syariat islam sebagai landasan dan sumber hukumnya.

Anbasah juga syahid ketika dia berada dalam perjalanan kembali ke Ibu kota Negara.

Sepeninggal pemerintahan Anbasah bin Suhaim, para wali silih berganti memerintah dalam waktu yang singkat. Kondisi sudah mulai berubah. Fanatisme golongan merasuk kepada sebagian wali yang memerintah. Pemerintahan Andalusia akhirnya dipegang oleh seorang yang terkenal sangat fanatik golongan.

Di masa terssebut pertama kali terjadi pertikaian yang cukup panas antara suku Arab dengan suku Barbar. Sampai akhirnya kaum muslimin dapat disatukan oleh wali yang bernama Abdurrahman Al-Ghafiqi.

Abdurrahman Al-Ghafiqi mampu mengembalikan kaum muslimin pada satu kesatuan atas nama islam, dia membawa pasukan muslimin untuk menyempurnakan penaklukan daerah barat Perancis yang belum pernbah dijamah oleh pendahulunya.

Satu persatu kota di sana dia taklukan. Dimulai dari kota Arla, lalu kota Podo, Tolusha, Tours dan kota Poatche yang berjarak 100 km dari arah barat kota Paris.

Kota Poatche berjarak 1.000 km dari pusat pemerintahan islam di Cordova. Ekspedisi yang dipimpin oleh Abdurrahman Al-Ghafiqi ini merupakan ekspedisi terbesar dalam penaklukan Eropa yang pernah dilakukan umat islam sepanjang sejarah Eropa. Umat islam bergerak dengan kekuatan pasukan berjumlah 50.000 prajurit.

Permasalahan baru muncul di tengah kuatnya pasukan muslimin, Harta rampasan perang menjadi ajang perebutan setelah keberhasilan menaklukkan daerah baru. Sepanjang perjalanan dalam penaklukan, kaum muslimin diuji dengan harta rampasan perang.

Tangan-tangan para prajurit tidak kosong dari yang namanya harta rampasan perang. Muncul keinginan mereka untuk kembali ke Andalusia meletakkan rampasan perang lalu kembali ke medan pertempuran.

Tetapi Abdurrahman Al-Ghafiqi dengan tegas mengajarkan kepada kaum muslimin bahwa mereka datang bukan untuk mengumpulkan harta, tetapi untuk mengajarkan manusia agama islam.

Kondisi belum larut tenggelam dalam angan-angan duniawi. Dengan cepat kaum muslimin tersadarkan, sehingga ekspedisi ini terus dilanjutkan sampai di kota Poatche.

Di Poatche, fanatisme kesukuan kembali merasuki fikiran kaum muslimin. Perbedaan pandangan mereka dalam membagi harta rampasan perang telah membuat jurang pemisah untuk tetap bersatu di medan jihad.

Orang Arab mengaku-ngaku merekalah yang berhak mendapatkan harta lebih banyak, sementara orang Barbar berdalih merekalah yang menaklukan negeri Eropa, sehingga mereka mengaku pantas mendapatkan jatah yang lebih banyak.

Selain fanatisme kesukuan, penyakit lainnya menjangkiti kaum muslimin. Muncul anggapan bahwa mereka adalah pasukan yang tak terkalahkan, melihat jumlah pasukan yang sangat banyak, mencapai 50.000 prajurit.

Hunain baru terjadi kembali di Poatche, ketika kaum muslimin berdecak kagum melihat jumlah pasukan yang banyak, merasa kuat dan tak terkalahkan.

Pertempuran Balath Syuhada’

Tidak ada komentar

Leave a Reply