Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

Ikhlas

Menghadirkan Niat dalam Setiap Amalan
Kehidupan terus bergulir mengiringi aliran sungai yang terus berjalan tanpa henti. Setiap manusia bertanggung jawab menentukan tempat kembalinya. Surga atau neraka. Pilihan itu ada ditangannya. Yang memilih neraka adalah manusia bodoh yang kehabisan pilihan. Sedangkan yang memilih surga adalah pilihan agung yang butuh perjuangan dan pengorbanan. Disanalah Allah akan menilai layakkah seseorang masuk surga atau tidaknya. Manakah amalannya yang terbaik sehingga ia layak untuk masuk surga. Mana amalan yang benar-benar ikhlas semata karena Allah.

Berikutadalah diantara hadits yang bisa merefresh dan meluruskan kembali niat kita dalam setiap amalan.
عن أبي موسىالاشعرى رضى الله عنه قال سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الرجل يقاتل شجاعة، والرجل يقاتل حمية، والرجل يقاتل رياء، أي ذلك في سبيل الله؟ قال: من قاتل لتكون كلمة الله هى العليا فهو في سبيل الله
(متفق عليه)
Artinya : Dari Abu Musa al-Asy’ary Ra beliau berkata : Rasulullah Saw ditanya tentang seorang laki-laki yang berperang karena keberanian dan laki-laki yang berperang karena kebangsaan serta laki-laki yang berperang karena riya, yang manakah berperang di jalan Allah? Rasulullah bersabda “Barang siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah maka dia fi sailillah” (HR. Muttafaq Alaih)
Secara umum hadits ini menerangkan bahwa ikhlas dalam setiap amalan yang zhahir dan yang tersembunyi merupakan pondasi dasar tegaknya bangunan amalan seorang insan Muslim. Semua tindak-tanduknya bergerak dari pondasi tersebut. Ikhlas adalah Ruh (spirit) sebuah amalan. Apabila sebuah amalan kosong dari ruh maka tiadalah artinya amalan tersebut betapapun besarnya.
Kita adalah umat yang memiliki aktivitas yang sangat agung sebgaimana disebutkan dalam hadits, Berjihad fi sabilillah. Tetapi Rasulullah telah meggariskan masalah tersebut dengan bahasa yang ringkas dan dalam maknanya, “Barang siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah maka dia fi sabilillah”
Disini kita melihat bahwa yang ditolak oleh islam adalah berperang karena menunjukkan keberanian, berperang karena kebangsaan dan ke tiga berperang karena riya. dimana dia menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang memiliki sifat baik padahal sebaliknya yang terjadi. Maka segala bentuk amalan yang disebutkan dalam hadits sangat ditolak dalam islam. Pondasi utama sebuah amalan adalah untuk meninggikan kalimat Allah. Kita melihat bahwa faktor utama orang yang berperang karena keberaniannya bukanlah karena untuk meninggikan kalimat Allah tetapi ingin menunjukkan keberanian dan kemampuan serta keahliannya di medan perang. Orang yang berperang karena suku dan kebangsaan dan rasa nasionalisme, penggerak utamanya adalah fanatisnenya. Betapa banyak orang yang fanatisme dengan karib kerabatnya berperang menghadapi manusia yang selalu berusaha komitmen dengan syariat Allah, ini terjadi karena fanatisme telah membutakannya. Dan yang ke tiga orang yang berperang karena riya agar manusia mengetahui dan memandang posisi dan jabatannya serta dimnita pendapatnya, penggerak utamanya adalah agar manusia melihatnya dan menyebut-nyebutnya.
Ulama kita berkata “Pada hari kiamat orang yang riya dipanggil dengan empat sebutan, hai orang yang riya, hai penipu, hai fajir dan hai pembohong. Pergilah.. ambillah pahala kalian dari orang-orang yang kalian beramal kerena mereka. Maka tiada pahala bagi kalian disisi Kami”
Ulama-ulama salaf berkata “Pelajarilah niat yang baik sebagaimana kalian memelajari ilmu. Para sahabat terdahulu adalah pedagang niat”
Maksudnya baghwa para sahabat berniat dengan niat yang banyak karena Allah. Yang terpenting adalah membenarkan niat kita karena sangat besar urgensi dan posisinya disisi Allah, dan sangat besar pengaruhnya dalam realita kehidupan kita. Contonhnya jelas, orang-orang yang telah bersusah payah pergi perang namun mereka berperang karena menunjukkan keberaniannya, karena fanatisme kebangsaan dan karena riya maka tidak ada hasil apapun yang mereka dapatkan.
Lihatlah orang-orang yahudi, mereka mnguasai negara-negara kita, menebarkan permusuhan di kampung-kampung kaum muslimin, menginjak-injak kehormatan kita serta mengotori tempat-tempat suci kita, semua itu karena kita berperang didorang oleh semangat fanatisme dan kebangsaan. Sungguh merugi kita karena pertolongan Allah tak kunjung datang, kita merugi karena kekutan dan potensi jutaan kaum muslimin terpecahkan dengan fanatisme dan kebangsaan yang tidak jelas. Bahkan terkadang dibawah yel=yel kebangsaan dan nasionalisme kita berperang melawan kaum muslimin lainnya. Itu semua karena kita memahami nasionalisme dan kebangsaan dengan pemahaman yang sangat-sangat sempit. Orang bijak berkata “Agamaku islam. Dimanapun ada orang islam itulah negaraku, itulah tanah airku, itulah nasionalisme ku”.
Beramallah dan berjuanglah hanya untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Wallahu A’lam
Ibnu Radinas
Dari fns dan berbagai sumber

Tidak ada komentar

Leave a Reply