Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

Tembok Baja Mesir Akan Perketat Blokade Gaza

Hasan Abu Nikmah

Jika sejumlah laporan akhir pekan lalu soal rencana Mesir membangun tembok baja sepanjan perbatasannya dengan Jalur Gaza, maka itu akan memperketat blokade terhadap Jalur Gaza yang dihuni 1,5 juta jiwa. Warga yang selama empat tahun mengalami berbagai tindakan kekejaman dan brutalisme Israel.

Tidak ada bangsa di dunia ini yang hidup dibawah penjajah, plus diblokade secara ketat kecuali bangsa Palestina. Tepi Barat masih mengalami bara api penjajahan brutal dan sadis sejak tahun 1967 dan tidak ada kabar gembira akan berakhirnya penjajahan itu. Sehingga warga Tepi Barat mengalami kungkungan berat untuk masuk dan keluar. Benar kondisi di Tepi Barat lebih ringan dibanding di Gaza. Namun keduanya memiliki kesamaan yang besar. Keduanya berada dalam ikatan penjajahan dan blokade, dan keduanya menjadi bulan-bulanan dari berbagai macam tindakan brutal Israel yang tidak pernah ditemukan sepanjang sejarah.

Beberapa hari lalu, dunia memperingati 61 tahun piagam HAM dunia. Usia piagam ini hampir sama dengan usia penderitaan bangsa Palestina yang mengalami perlakuan diskriminasi dari piagam itu. Sangat berbeda jauh jika dibanding dengan hak yang sudah diraih oleh bangsa-bangsa lain. Bahkan bisa dikatakan bangsa Palestina tidak mendapatkan apapun.

Buktinya, sudah banyak dunia internasional menerapkan hukum internasional terhadap bangsa-bangsa dunia yang mengalami berbagai macam tindakan permusuhan dan kezaliman atau hak-haknya dilanggar. Namun selama 62 tahun hukum itu tidak pernah diterapkan terhadap bangsa Palestina yang hak-haknya secara jelas dilanggar. Bukti lain, dunia hanya bungkam menyaksikan korban pelanggaran hak Palestina atau bangsa Arab lainnya.

Itu terjadi ketika Israel menyerang Libanon tahun 2006, ketika Israel menyerang Gaza akhir tahun lalu hingga awal tahun ini, dengan tindakan kekejaman di luar batas yang dibuktikan kejahatannya oleh laporan-laporan internasional karena menggunakan senjata terlarang dan melanggar piagama dan hukum internasional. Beberapa kejadian itu hanya contoh dari serentetan daftar panjang kejahatan Israel.

Bukankah dunia hanya menonton. Bahkan melarang DK PBB mengeluarkan resolusi menghentikan agresi Israel. Lebih tepat dibilang menyetujui kejahatan Israel daripada sekedar diam. Jika mau menggambarkan makna diamnya dunia silahkan gambarkan; bahwa apa yang teradi jika Israel di pihak korban kejahatan dan pelakunya pihak Arab atau Palestina? Jika itu yang terjadi, DK PBB akan mengerahkan pasukan internasional untuk menghentikan aksi permusuhan. Dunia akan bersuara dengan satu koor mengecam kejahatan itu dan akan membela Israel. Persis seperti yang terjadi ketika tahun 2006 serdadu Israel Gilat Shalit ditawan dimana dunia satu koor mengecam perlawanan Palestina.

Apakah kita pernah mendengar satu koor dunia menuntut pembebasan 11 ribu tahanan Palestina di penjara Israel???

Kembali ke blokade. Gaza jatuh ke tangan penjajah setelah perang tahun 1948, untuk kedua kalinya di tahun 1967. Israel membangun permukiman yahudi di sana seperti di wilayah Palestina lainnya. Israel tidak akan pernah melepaskan Jalur Gaza jika tidak ada perlawanan dan beban keamanan menjaga 7000 warga yahudi di Jalur Gaza kala itu.

Karena Israel hengkang dari Jalur Gaza secara terpaksa, maka tidak mudah melupakannya. Israel ingin memberikan hukuman kepada rakyat Palestina dengan blokade dan mengubah Jalur Gaza menjadi penjara besar.

Blokade berlangsung terus dan kondisi Jalur Gaza makin buruk. Benar gerakan Hamas menang pemilu namun dunia tidak mengakuinya sebab hasilnya tidak sesuai dengan selera mereka.

Karenanya, blokade makin keras. Dimensinya pun merembet ke dimensi internasional, regional, Arab setelah dimensi kepentingan Israel. Sebab “kebutuhan” – seperti kata banyak orang – menjadi induk konflik. Kebutuhan pula yang mendorong warga Gaza menerobos bawah tanah membangun terowongan setelah jalan darat, laut dan udara ditutup buat mereka. Ratusan terowongan dibangun untuk menjamin kebutuhan kebutuhan mereka; dari makanan, obat, bahan bakar, kebutuhan rumah tangga, bahan bangunan dan kebutuhan sekolah. Terowongan bukan jalur terselubung, namun ia jalur perdagangan yang ramai. Pernah media massa kelas dunia menayangkan video sapi-sapi hidup ditarik dari dasar terowongan ke atas.

Agaknya, Mesir – tentu bukan pemerintah resmi – menyambut perdagangan ini, memanfaatkan dan mendorongnya. Sebab agresi Israel awal tahun lalu gagal menghabisi Hamas. Blokade juga gagal menekan Hamas. Sehingga di benak Israel dan pihak yang bersekongkol dengan mereka adalah memutus seluruh jalur dan pembulu nyawa warga Jalur Gaza sepenuhnya.

Apa yang diramaikan media – semoga penampikan Mesir benar adanya – bahwa tekanan Israel terhadap Amerika menghasilkan gagasan pembangunan tembok baja sepanjang perbatasan antara Mesir dengan Jalur Gaza. Tembok produksi Amerika itu berupa papan baja di pasang di atas dan menancap ke bumi sepanjang 18 hingga 20 meter untuk memutus semua terowongan. Papan-papan baja ini terbuat dari bahan yang tidak mungkin ditembus atau dilelehkan yang diperkuat dengan pipa besi kuat dan besar.

Sebelum beredar gagasan tembok baja ini, beberapa bulan belakangan media membicarakan rakitan kamera dan alat lainnya yang bisa mendeteksi aktivitas ‘penyelundupan’ di terowongan bawah tanah. Alat itu berasal dari Amerika.

Tentu saja tidak ada negara dunia yang membiarkan perbatasannya dijadikan lahan penyelundupan meski barang yang diselundupkan barang biasa. Mesir tidak pengecualian dari kaidah ini. penyelundupan apapun namanya tetap dilarang.

Kaidah ini harus diterapkan pada kondisi normal. Namun jika ada makhluk yang bernama manusia atau apalah namanya diblokade dan diisolasi yang mengancam nyawanya tanpa ada kesahalan yang dilakukan, atau hak-haknya dilanggar maka kaidah yang berlaku adalah “menjaga nyawa dan keberlangsungan hidupnya. Dengan demikian, kaidah ini akan mengendalikan keberlangsungan makhluk hidup.

Jika Mesir ingin mencegah penyelundupan dan menjaga perbatasannya, jalan paling mudah adalah dengan membuka perlintasan Rafah untuk warga Jalur Gaza sebagai jalan normal.

Melalui perlintasan Rafah, Mesir mampu mengawasi semua barang yang masuk. Jika terowongan bawah tanah digunakan untuk menyelundupkan roket, maka itu bisa dicegah melalui Rafah.

Apakah warga Gaza akan menggunakan terowongan jika jalur perdagangan dan transportasi terbuka di atas daratan? Masih ada harapan bahwa isu pemancangan pagar baja di perbatasan Jalur Gaza itu tidak benar. Jika itu terjadi maka bisa dibilang sebagai halaman buram dalam sejarah kawasan Timur Tengah. (bn-bsyr)

Tidak ada komentar

Leave a Reply