Muslim Style

Tips & Trik

Analisana

Palestina

Beritana

Fiqhuna

Tarikhuna

Haditsuna

Aqidatuna

Random Post

Test Footer

Culture

Belajar Perang Gaza : Kekalahan Kedua Israel

Tidak ada yang menaruh simpati sedikitpun terhadap Israel. Tindakan membajak kapal Marmara, yang ditumpangi ratusan aktivis dari berbagai negara, kemudian menyerang dan membunuh hanyalah menghasilkan kekalahan Israel.

Tanpa di komando dari pojok-pojok dunia langsung tergerak melakukan protes terhadap kebiadaban Israel. Pasukan komando Israel yang menyerang iring-iringan kapal Marmara yang membawa para aktivis kemanusiaan, dan bantuan itu, menyisakan goresan yang paling dalam di hati masyarakat internasional.

Siapa sejatinya Zionis-Israel itu? Selama ini orang-orang Yahudi, selalu identik dengan korban kekerasan, dan ujungnya adalah holocaust (pembantaian massal), yang dilakukan Nazi-Hitler. Tetapi sekarang masyarakat internasional sadar, sejatinya yang biadab dan menjadi Nazi-Hitler itu adalah Israel sendiri.

Demonstrasi di depan Gedung Kedutaan Israel di Washington, Senin kemarin, menunjukkan betapa masyarakat Amerika sudah muak dengan bentuk tindakan kekerasan yang dilakukan Israel. Tidak ada lagi simpati terhadap Israel. Hari ini semua masyarakat dunia diperlihatkan tentang jati diri Israel yang sebenarnya.

Agresi Israel ke Gaza, Desember 2008, lalu, begitu lekatnya Israel telah menanamkan ke dalam benak hati masyarakat dunia tentang jati dirinya yang sesungguhnya, bahwa Israel adalah bangsa paling biadab saat ini. Israel telah kehilangan simpati dan dukungan.

Negeri Zionis itu telah menelanjangi dirinya sendiri. Negeri yang selama ini selalu meneriakkan adanya 'anti Semit', justru mereka lah yang keji melakukan pembantaian terhadap bangsa Arab dan Palestina, tanpa henti. Dari waktu ke waktu. Pantas lah ketika para demosntran yang berada di depan Gedung Kedutaan Israel di Washington itu membawa bendera Israel dengan lambang Bintang David digambari sebuah : tengkorak.

Kemarahan terus berkumandang bukan hanya di Dunia Islam, tetapi di negara-negara Barat, termasuk di sejumlah negara-negara Uni Eropa, yang selama ini menjadi sekutu Israel, sudah tidak lagi sudi menerima tontonan yang disuguhkan para pemimpin Israel dengan cara-cara yang kejam dan biadab terhadap rakyat Palestina.

Di Istambul dan Ankara, begitu tersiar berita serangan yang dilakukan pasukan komando Israel atas kapal Marmara, masyarakat di kedua kota besar di Turki itu, langsung tumpah dan mendatangi konsulat dan kedutaan Israel. Mereka mengutuk tindakan Israel yang sangat biadab itu. Rakyat di kedua kota itu juga menginginkan agar pemerintah Turki memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

Serangan terhadap kapal-kapal yang membawa para aktivis dan bantuan yang akan berlabuh di pantai Gaza, yang sudah diblokade selama hampir empat tahun itu, justru menimbulkan kerugian politik bagi Israel.

Pemerintah yang moderat yang selama ini memiliki hubungan dengan Israel, mereka telah mengevaluasi kembali untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Turki telah menarik pulang duta besarnya, dan membatalkan rencana latihan perang kedua negara. Tidak tertutup bila tekanan dari masyarakat semakin kuat di Turki, maka hubungan diplomatik antara Turki-Israel akan putus.

Israel ingin menghancurkan Hamas yang sudah mengikuti cara-cara yang diinginkan Barat yaitu ikut dalam pemilu, di tahun 2006, dan memenangkan pemilu dengan suara 60 persen. Tetapi hasil pemilu yang dimenangkan Hamas itu ditolak.

Kemudian, di tahun 2007, Hamas mengambil alih kekuasaan Mahmud Abbas di Gaza. Selebihnya, Hamas tidak mau mengakui keberadaan (eksistensi) Israel sebagai sebuah negara yang berdaulat, karena hakekatnya Israel adalah penjajah,yang menganeksasi tanah-tanah rakyat Palestina.

Langkah Israel yang tujuannya ingin memberikan pelajaran kepada Hamas dengan cara kekerasan adalah kesalahan yang sangat fatal. Agresi militer yang menggunakan pasukan udaranya menggempur Gaza, hanyalah menguntungkan Hamas. Pembangunan tembok di sepanjang garis perbatasannya dengan Gaza, tak juga menyebabkan Hamas menjadi menyerah. Ini hanyalah menjadikan Israel sebagaimana hidup di zaman 'Getto', yang pernah dialami di Polandia.

Sekarang dengan menyerang kapal Marmara yang mempunyai tujuan kemanusiaan, hanyalah membuat bencana bagi Israel. Perang di Gaza telah membuat resolusi DK.PBB, dan laporan dari mantan Jaksa Goldstone dari Afrika Selatan, benar-benar Israel kalah di dunia internasional.

Tetapi, Israel tidak pernah mau belajar dengan peristiwa masa lalu, dan terus bergerak menggali liang kuburnya sendiri dengan melakukan tindakan yang biadab, dan perlahan-lahan menghilangkan simpati terhadap negeri Yahudi itu.

Pada saatnya nanti dengan akumulasi kebiadabannya, Israel pasti akan dikucillkan masyarakat dunia yang menginginkan perdamaian. Inilah skenarion akhir dari perjalanan kehidupan rejim Zionis-Israel. Ia menggali liang kuburnya sendiri.

Israel seharusnya tahu, bahwa yang ada di dalam kapal Marmara itu, bukan hanya aktivis, tetapi anggota parlemen, menteri, dan peraih hadiah Nobel. Bukan sembarangan. Mereka mendapatkan dukungan dan simpati dari masyarakat dunia. (m)


eramuslim

Tidak ada komentar

Leave a Reply